MENELISIK JEJAK CAGAR BUDAYA DI INDRAMAYU: RAWAT ATAU MUSNAH?
Revolusi Industri 4.0 memberikan dampak pada tergerusnya nilai dan jati diri budaya, oleh karena itu generasi milenial hendaknya memiliki proteksi agar tak tergerus oleh kemajuan zaman. Peran ini memiliki kesadaran akan pentingnya penjagaan bersama nilai-nilai budaya lokal.
Mengingat Kabupaten Indramayu ternyata memiliki banyak cagar budaya. Mulai dari bangunan cagar budaya hingga benda-benda cagar budaya. Terhimpun data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Indramayu, ada 218 cagar budaya di Kabupaten Indramayu yang telah diinventarisir.
(Dok.pribadi: Susuri jejak cagar budaya di Indramayu. /Makam Selawe)
Oleh karena itu peran kita menjaga pelestarian dan seyogyanya memberikan sumbangan kegiatan yang bertajuk Seminar Kebudayaan ; "Diaspora, Kebudayaan & Jati Diri Indramayu." Bertujuan untuk objek pemajuan kebudayaan, sesuai tercantum dalam UU No.5 Tahun 2017 Tentang Pemajuan Kebudayaan.
Acara sudah berlangsung setiap tahunnya yang di gawangi Organisasi Daerah (Mahasiswa/i asal Indramayu se-nusantara). Saat itu dimeriahkan oleh pembicara yang mumpuni dalam persoalan tersebut diantaranya Wangi Indriana (Seniman Senior Indramayu), Supali Kasim (Pemerhati Budaya Indramayu), Sanusi (Kepala Biro Hukum & Humas Kemenpora). Serta peserta yang hadir juga cukup banyak dengan berbagai macam kalangan, mulai dari Budayawan, Seniman, Sejarawan, Mahasiswa, Pelajar dan Masyarakat Umum. Antusias peserta cukup terlihat dari kemeriahan kegiatan dan ulasan pemateri menjadi istimewa karena menyuguhkan informasi yang sangat dibutuhkan dan bermanfaat.
Nang Sadewo menuturkan, masih banyak bangunan cagar budaya di Kabupaten Indramayu yang tidak terawat. Selain itu, banyak juga bangunan cagar budaya yang sudah dibongkar begitu saja, dan diganti dengan bangunan lain. Menurutnya, itu terjadi karena masyarakat tidak tahu tentang cagar budaya. Sementara, di sisi lain pemerintah kurang perhatian terhadap benda-benda cagar budaya. Sekali lagi berpesan ini ada peran kita menjaga bersama sebuah identitas. Rawat atau musnah? Kembali ke diri kita untuk sadar atau tidak tergerak sama sekali.
Supali Kasim menambahkan, mengaku bersyukur ternyata masih ada pemuda/i yang peduli terhadap perkembangan dan keberadaan cagar budaya yang ada di daerahnya sendiri.
Hal senada juga ditambahkan oleh Arif Rofiuddin (Sosiolog Indramayu) menuturkan bahwasannya Generasi Milenial selayaknya memahami sejarah secara Holistik dan mampu mengimplementasikan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari sebagai memperkuat identitas budaya. *
Hal senada juga ditambahkan oleh Arif Rofiuddin (Sosiolog Indramayu) menuturkan bahwasannya Generasi Milenial selayaknya memahami sejarah secara Holistik dan mampu mengimplementasikan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari sebagai memperkuat identitas budaya. *
Komentar
Posting Komentar