Merasuk
Di sini, aku pun mengalami hal yang sama, selalu hidup bayangannya, mungkin kenangannya, di ceruk terdalam jiwaku.
Kala itu aku mengadu di peraduan malam, dalam kegamangan sering kali berpikir, apakah aku mampu menjalani waktu ini dengan baik. Tanpa gusar dalam penantian, menghabiskan detik tanpa kesia-siaan. Aku juga manusia biasa, yang sering kali berimajinasi tentang siapakah yang ada di masa depan, bejibun kali benak ini tak pernah berhenti mempertanyakanmu. Setiap helaan napas dalam penantian, kapan jejakmu akan kutemukan? Ada rindu yang terus terkuak dalam hati ini, rindu untukmu yang masih menjadi rahasia Langit. Aku rindu akan pertemuan itu, rindu akan takdir langit yang sudah tertulis. Siapakah gerangan? Kata orang kau akan menjadi cermin dalam diriku. Jika pun kita berbeda, kau akan menjadi pelengkap hidup.
Aku tak pernah menuntut waktu untuk bertemu denganmu. Karena masa muda ini terlalu indah jika kusia-siakan dengan mengkhawatirkan kehadiranmu. Siapa pun kau, di sini aku menantimu dalam kebahagiaan menggapai cita-cita, dalam harga diri yang masih terjaga mahal untukmu, dalam doa yang takkan pernah putus untuk bisa bertemu denganmu berapa pun usiaku.
Berapa pun itu, maka di sanalah takdir langit ditentukan. Tidak terlalu cepat, juga lambat. Semua memiliki keseimbangan yang berkesinambungan. Kau pun akan menjadi penyeimbang hidupku di saat aku benar-benar siap.
Di antara jarak yang terbentang pasti benang merah kita akan mendekat, hingga kita bisa saling bertatap muka. Siapa pun kau, semoga kita sama-sama menanti dalam kesabaran dan kemuliaan. Aku menunggumu . . .
Juni, 2018
Komentar
Posting Komentar